Penggunaan teknologi hijau dalam proyek konstruksi salah satunya dilakukan menggunakan barang dan cara untuk membangun yang memiliki dampak cukup baik terhadap bumi. Menurut U.S Green Building Council (USGBC), meskipun ada banyak bangunan hijau diluar sana, bangunan hijau yang diterima adalah sebagai perencanaan, konstruksi, desain dan pengoperasian bangunan dengan beberapa pertimbangan utama seperti penggunaan energi, penggunaan air, kualitas lingkungan dalam ruangan, pendingin ruangan alami, bagian material hingga dampak bangunan terhadap lokasinya.
Penerapan teknologi hijau dalam proyek konstruksi semakin menjadi perhatian utama seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan dan perlindungan lingkungan. Teknologi hijau mencakup berbagai inovasi yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya.
Sebagian besar konstruksi hijau berfokus pada pengurangan energi, air dan material setelah bangunan selesai. Teknologi bangunan hijau harus hemat biaya dan tahan lama sehingga layak untuk diinvestasikan oleh para pembangun dan pemiliknya.
Apakah Teknologi Ramah Lingkungan Layak Diterapkan?
Teknologi hijau sangat membantu dalam proyek konstruksi namun membutuhkan biaya yang cukup mahal. Terdapat beberapa fase yang berbeda seperti mendesain, membangun, memelihara, memperbaiki hingga merenovasi. Sebagian besar teknologi hijau biayanya lebih mahal yang membuat proyek konstruksi tidak mau menggunakannya.
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan oleh proyek konstruksi ketika membangun gedung dengan teknologi ramah lingkungan. Iklim di sekitar lingkungan juga bisa mempengaruhi desain bangunan sehingga mereka harus mempertimbangkannya ketika membuat desain.
Penerapan teknologi hijau dalam proyek konstruksi melibatkan penggunaan perangkat lunak, barang, atau metode yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Hal ini termasuk pada pengurangan penggunaan air, energi dan bahan setelah bangunan selesai dibangun.
Kendala Penerapan Teknologi Konstruksi Hijau
Ada beberapa kendala yang akan dihadapi dalam penerapan teknologi konstruksi hijau, seperti:
- Tingginya biaya investasi awal
Penerapan teknologi konstruksi hijau membutuhkan biaya investasi awal yang cukup tinggi. Namun untuk penggunaan jangka panjang akan terbayar dari energi yang digunakan melalui penghematan pada bangunan itu sendiri. Tingginya biaya investasi di awal juga tidak hanya mengenai materi bahan bangunan tetapi juga orang-orang yang ahli di bidangnya. - Regulasi dan infrastruktur yang belum memadai
Di Indonesia sendiri konstruksi hijau memang sudah diperkenalkan dan memang sudah diterapkan di beberapa wilayah seperti jakarta dan bandung. Tapi, tidak semua wilayah menggunakan hal ini dan masih pada tahap pengembangan. - Kurangnya pemahaman dan kesadaran
Pemahaman terhadap konstruksi hijau masih sangat kurang di masyarakat dan diatur dalam kontraktor nasional P.T Pembangunan Perumahan (PP) untuk melakukan penerapan konstruksi hijau.
Baca juga: Strategi Efektif Penanganan Sampah Berdasarkan Standar ISO 14001